Seluruh Tim Aksi se-UNJ, Bergeraklah !

07.57
Seluruh Tim Aksi se-UNJ, Bergeraklah ![1]
Oleh : Fajar Subhi[2]



            Green Force UNJ, Pasukan Biru FT, Red Soldier FIS, Pandawa FE, Basis FBS, TAnK Mipa, FGT, dan Spartan FIO merupakan barisan pergerakan yang secara sistem dan struktur merupakan underbow dari Departemen Sosial-Politik masing-masing BEM. Green Force sebagai induk atau tim aksi universitas dan disertakan oleh tim aksi fakultas sebagai partner dalam bergerak. Secara kinerja, satu sama lain saling berkoordinasi dalam bergerak.

            Sebagai tim aksi, seyogianya kita lebih menguasai isu yang kini beredar hangat disekitar kita dan wawasan mengenai pergerakan itu sendiri. Caranya, dengan rutin membaca dan berdiskusi. Kawan-kawan pun punya idola tersendiri mengenai buku yang membahas pergerakan (mahasiswa). Tiada salahnya untuk membaca buku berbau kiri hingga kanan. Tinggal bagaimana kita sebagai mahasiswa bersikap bijak dalam memandang suatu isu dan bisa berbaur dengan kelompok-kelompok diskusi agar memperkaya wawasan kita mengenai isu dan pergerakan.

Izinkan penulis untuk memfokuskan isu dalam hal perkuliahan yakni permasalahan isu kampus. UNJ yang saat ini viral di berbagai media mainstream karena dilanda banyak kasus. Sebut saja dugaan (kuat) plagiarisme, KKN, dan lain sebagainya. Disertakan dengan sikap Rektor yang begitu represif terhadap siapapun yang mengkritisinya.

Pertama, kasus Nepotisme yang dilakukan oleh Djaali. Apa itu Nepotisme? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), nepotisme merupakan kecenderungan untuk mengutamakan (menguntungkan) sanak saudara sendiri, terutama dalam jabatan, pangkat dilingkungan pemerintah. Berikut data disajikan :
“Nurjannah yang merupakan anak kandung Djaali selaku Rektor UNJ. Nurjannah menjabat sebagai Kepala studi wanita dan perlindungan anak dengan SK No. 1197/SP/2016 ditandatangani Rektor UNJ Djaali pada 20 Oktober 2016. Kedua, Baso Maruddani yang merupakan anak kandung Djaali menjabat sebagai Staf Pengelola Keuangan UNJ SK No.20/SP/2017 ditandatangani Rektor UNJ Djaali pada 12 Januari 2017. Ketiga, Bazzar Ari Mighra yang merupakan menantu Djaali dan menjabat sebagai Dosen di fakultas ilmu olahraga, menjadi PNS pada 1 Januari 2017 berdasar SK No100258/A21/KP/2016.”[3]     
      
            Kedua, kasus plagiarisme yang terjadi pada pascasarjana. Apa itu Plagiarisme? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), plagiarisme ialah penijplakan yang melanggar hak cipta. Tim Evaluasi Kinerja Akademik (Tim EKA) Kemenristekdikti menemukan 5 disertasi terindikasi plagiat para pejabat Provinsi Sulawesi Tenggara. Berikut nama-nama pejabat Sulawesi Tenggara yang terindikasi plagiat (dimuat pada Tirto.id) :
1.      Nur Alam (Gubernur dan tersangka korupsi KPK)
2.      Nur Endang Abbas (Kepala Badan Kepegawaian Daerah)
3.      Sarifuddin Safaa (Asisten 1 Sekretaris Daerah)
4.      Muhammad Nasir Andi Baso (Kepala BPPD)
5.      Hado Hasina (Kepala Dinas Perhubungan)

Kampus yang seyogianya menjadi ruang akademik yang suci dan bebas dari KKN, kini tengah terjadi praktek Nepotisme dan Plagiarisme. Selama ini, mahasiswa kurang menunjukkan taringya dalam menanggapi isu kampus (terakhir pada saat aksi penghapusan kebijakan uang pangkal tahun 2016). Kita memang harus selalu mengkawal isu eksternal, tetapi tanpa lupa bahwa permasalahan di kampus kita sangat urgent. Sehingga beredar stigma yang mengatakan “Tajam di luar, tumpul di dalam”.

Kita tidak bisa menolak itu karena hal tersebut merupakan penilaian masyarakat terhadap kita. Biarlah kita terima kritik dan mari introspeksi diri. Lihat saja diberbagai media, selalu muncul nama “Aliansi Dosen UNJ”. Seakan mahasiswa begitu bungkam dalam menanggapi ini. Tetapi ada satu tulisan yang muncul di media mainstream dan merupakan bentuk perlawanan dari mahasiswa terhadap pernyataan miring Djaali (oleh Aulia, Fajar dan Roushan).[4]

Kemana kita wahai mahasiswa? Ketika UNJ sedang bobrok seperti ini kita lupa akan peran kita sebagai mahasiswa (red: social control). Ketika BEM serentak menggunakan motto yang dicantumkan pada banner untuk menyambut mahasiswa baru “Selamat Datang di Kampus Pergerakan Intelektual”. Patut dipertanyakan, dimana letak pergerakannya? Sudahkah menjadi intelek? Biarkan masyarakat di sekitar kita yang menilai. Tiada yang salah dengan motto tersebut. Hanya saja, mari buktikan kalau UNJ benar-benar Kampus Pergerakan Intelektual!

Mari rapatkan barisan, sumbangsihkan seluruh apa yang kita miliki agar UNJ terbebas dari permasalahan KKN, Tata Kelola yang bobrok dan sebagainya. Anda bisa menulis? Menulislah. Anda punya massa? Kerahkanlah. Anda punya iman? Bergeraklah! Sungguh iman kita dipertanyakan kalau diri ini masih diam dengan adanya kezaliman yang terjadi di UNJ. Karena pun kita (tertuju bagi yang beragama Islam) disebut oleh Allah “ Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh pada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah”.[5]




[1] Tulisan ini digunakan untuk memantik kongkow punggawa tim aksi se-UNJ dan bergerak dalam memperbaiki UNJ
[2] Penulis merupakan punggawa tim aksi Red Soldier dan Green Force UNJ
[3] Baca : Jawa Pos terbitan 6 September 2017 pada halaman 2
[4] Baca : Jawa Pos terbitan 6 September 2017 pada halaman pendidikan
[5] Q.S. Ali Imran : 110

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.