International Women’s Day, Sudahkah kesempatan dan ruang yang setara tersedia?
International Women’s Day, Sudahkah kesempatan dan ruang yang setara tersedia?
(IWD,
Sumber gambar : fox40.com) |
Oleh : Luthfi Ridzki Fakhrian
(Wakadiv Pusat Kajian dan Studi Gerakan Red Soldier
FIS)
Apa itu International Women’s Day ?
8 Maret 1857
Semua
berawal dari gerakan protes buruh perempuan pabrik tekstil di New York, yang
memprotes aturan upah rendah serta tindakan sewenang-wenang para pelaku industri
terhadap tenaga kerja perempuan di pabrik tersebut.
8
Maret 1907
Protes
kembali terulang lagi-lagi di kota New York, namun kali ini melibatkan lebih
banyak buruh perempuan, dimana 15.000 orang turun ke jalan untuk memperjuangkan
hak-hak mereka.
28
Februari 1909
Untuk
pertama kalinya diselenggarakan acara National Women’s Day di Amerika Serikat.
(Theresa Malkiel,
Sumber gambar : Wikimedia
Commons)
8
Maret 1909
Terjadi
lagi sebuah protes kali ini datangnya dari Partai Sosialis Amerika yang
bergabung dengan buruh perempuan di kota New York, menuntut upah yang layak dan
hak berpendapat serta terlibat dalam politik bagi kaum perempuan, aksi ini di
motori oleh Theresa Malkiel. Ujuk rasa itu pada akhinya juga memantik lahirnya
gerakan serupa di berbagai Negara pada 19 Maret 1909.
Tahun 1910
Clara Zetkin yang merupakan pemimpin urusan perempuan dari Partai Sosialis Demokrasi di Jerman mengajukan gagasan gerakan IWD. Gerakan ini merupakan gerakan tahunan yang mendukung aksi tuntutan perempuan. Dan 100 perempuan dari 17 negara setuju dengan gagasan Zetkin untuk memperingati gerakan IWD setiap tahunnya.
8
Maret 1911
Akhirnya
untuk pertama kalinya IWD diperingati oleh para perempuan.
8 Maret 1975
PBB / Perserikatan
Bangsa-Bangsa mulai ikut memperingatinya.
8
Maret 1977
PBB / Perserikatan Bangsa-Bangsa akhirnya meresmikan bahwa tanggal 8 Maret dijadikan sebuah peringatan International Women’s Day (IWD).
Jika
dilihat dari narasi sejarahnya Internasional Women’s Day, dibangun untuk
perjuangan kelas bukan hanya identitas oleh karena itu hak-hak perempuan perlu terus
diperjuangkan dan disuarakan. Meskipun demikian, sebagai perempuan juga perlu
menghargai laki-laki sebagai pihak yang sama-sama berhak mendapatkan pekerjaan.
(Sumber
gambar : https://www.pinterest.ca/pin/385691155580734086/)
Sejak
dirintis para kaum sosialis, International Women’s Day bukan hanya sekedar hari
libur nasional atau internasional saja, tetapi merupakan aksi nyata pergerakan
perempuan di dunia. Hingga kini, perayaan hari perempuan juga digelar dengan
berbagai macam cara, seperti diskusi, screening film, hingga aksi turun ke
lapangan.
Namun
jika kita berbicara tentang kesempatan dan ruang yang setara bagi perempuan,
terkadang jika kita lihat ketidaksetaraan itu muncul justru dari perempuan itu
sendiri. Para Perempuan suka sekali beranggapan kalau mereka memiliki suatu
sekat / batasan. Sebagai sebuah contoh didalam suatu pekerjaan tertentu misalnya
teknik / kepemimpinan bisa kita lihat sendiri, bahwa perempuan masih sangat
jarang ditemui di bidang itu. Bukan maksud saya mengatakan mereka tidak mampu,
namun justru perempuan sendiri yang masih merasa bahwa mereka tidak mampu, dan
itu adalah hal yang harus di kerjakan oleh laki - laki.
( Sumber gambar
: https://www.pinterest.de/pin/745979125750156504/)
Jika
kaum perempuan ingin kesempatan dan ruang tersedia, menurut saya mereka sudah
harus berbicara tentang narasi lain, dalam hal ini bukan hanya tentang hak saja, tetapi
tentang bagaimana pola pikir mereka tentang kesempatan dan ruang itu sendiri. Karena
setara dan hak yang hadir akan tidak pernah adil, jika pola pikir dari
perempuan itu sendiri yang tidak mau untuk berubah.
Banyak
hal yang bisa menjatuhkanmu. Tapi satu-satunya hal yang benar-benar dapat
menjatuhkanmu adalah sikapmu sendiri. – RA. Kartini
Dari
paparan yang saya utarakan di atas memperlihatkan bahwa perempuan hingga kini
masih harus berbenah dari dalam dan masih perlu terus berjuang untuk mengutarakan hak-haknya yang
dilanggar atau yang belum terpenuhi. Melalui International Women’s Day yang jatuh pada tanggal 8 Maret ini jugalah saya harap perempuan dapat merintis berbagai
gerakan pemberdayaan perempuan supaya suara mereka terdengar lebih keras /
lebih lantang lagi. Dan untuk itu perjuangan kaum perempuan tidak harus hanya
berhenti di sini, tetapi teruslah bergerak dan serukan hak-hak demi keadilan bagi
seluruh kaum perempuan.
In
too many instances, the march to globalization has also meant the
marginalization of women and girls. And that must change.
- Hillary Clinton
Dan yang terakhir saya juga ingin menyampaikan pesan untuk
seluruh perempuan di manapun berada untuk
tidak membiarkan ekspektasi yang tidak adil dari masyarakat mengurangi cahaya
anda. Cintailah diri anda sendiri, ketahuilah bahwa anda layak mendapatkan
cahaya dan cinta, pahamilah suara anda dan hak-hak anda adalah sesuatu yang selalu penting.
Referensi
( https://www.telegraph.co.uk/women/life/international-womens-day-2020-day-began-fight-womens-rights/ )
( https://fox40.com/news/national/history-of-international-womens-day/ )
( https://www.pinterest.ca/pin )
( https://leipglo.com/2016/04/03/cityscapes-who-was-clara-zetkin/ )
Tidak ada komentar: