AGAMA DAN REVOLUSI DI IRAN
Oleh: Muhammad Andika
Memang nasib masuk dalam kategori negara ke-tiga menjadi sasaran negara
dengan ideologi “besar” , negara-negara tersebut akan menjadi korban pelecehan atau pengekspolitasian negara besar
tersebut. Ya, salah satunya negara bernama Republic Islam Iran atau biasa kita
kenal dengan Iran yang merupakan bekas pecahan dari Kerajaan Persia, negara ini
bisa dikatakan mirip dengan Indonesia dilihat dari aspek sosial dan budayanya
secara ringkas negara ini juga penganut islam hanya saja sektenya berbeda dari
yang banyak dianut islam yang di Indonesia, jika di Indonesia islam yang dianut
adalah sunni berbeda dengan Iran hampir 90% menganut paham syiah. Juga karakterisitik masyarakatnya yang heterogen
walaupun agama syiah sangat mempengaruhi negara ini.
Jika melihat sedikit peristiwa besar mengenai revolusi maka kita
akan sedikit menemukan kaitan antara agama dan revolusi , bahkan agama dan
revolusi menjadi hal yang besebrangan contoh peristiwa yang disebut peristiwa
revolusi (revolusi kuba, revolusi industri,revolusi amerika dan banyak lagi)
kebanyakan peristiwa revolusi terjadi karena ketimpangan yang begitu besar
antara si miskin dan si kaya. Jika kita melihat proses tersebut dengan
menganalisa gerakan sosial dan politik kaum revolusioner agamawan ini sangatlah
menarik , bagaimana tidak? Perkumpulan orang yang miskin dan tidak memiliki
pengaruh dengan cepat dapat menumbangkan sebuah kekuasaan yang besar tentu
dalam setiap rekam sejarah memiliki waktu dan proses yang berbeda.
Secara ringkas dalam buku seorang sosiolog bernama Emile Durkheim
dalam bukunya yang berjudul “the elementary forms of the
religious life” . saya mendapat sebuah
definisi tentang agama yaitu “sebuah kepercayaan mendalam seseorang/kelompok
tentang sesuatu kekuatan yang besar” definisi ini saya ambil untuk menghindari
sesuatu yang dogmatis karena jika saya ambil definisi dari sebuah agama, maka
akan meluas dari bahasan awal yang akan kita bicarakan dalam peristiwa ini ada
perpaduan antara semangat melawan ketidakadilan bersamaan kebangkitan islam di Iran
yang sempat termarginalkan oleh Rezim Syah Pahlavi.
Negara Iran saat ini merupakan
negara yang hebat, bagaimana tidak? mereka menjadi penantang amerika dan
sekutunya karena menolak memberhentikan proyek pengembangan nuklir maupun proyek
peluncuran rudal kendali jarak jauh.
Sebuah cerminan negara yang ideal karena rakyat dan pemimpinnya bersatu melawan
musuh dari luar atau biasa kita sebut “penjajah”. Walaupun secara dogma dan
praktik ibadah agama yang saya anut berbeda dengan masyarakat Iran anut ,tapi
mereka mengajarkan bahwa persatuan dan kesatuan yang kuat dapat menjadi modal
untuk melawan imperialisme dan kolonialsme era modern , tapi dibalik kuatnya
negara Iran saat ini ada luka sayatan
yang mendalam yang tertulis dalam sejarah bahwa bangsa Iran harus mengorbankan
sebagian nyawanya untuk mencapai kemerdekaan yang murni dan terbebas dari
intervensi negara lain.
Penderitaan Negara Iran mulai ketika naiknya seorang raja dari
Dinasti Pahlavi yang bernama Shah Reza Pahlavi. Shah Reza merupakan raja yang
cukup kejam dan otoriter. sangat lah wajar karena dia dididik dengan keras dan
kasar oleh ayahnya dan membentuk watak yang keras kepala.
Di luar pemerintah resmi Pahlavi mempunyai kekuasaan melalui
yayasan yang ia pegang bersama istri,dan juga saudari kembarnya.
Yayasan-yayasan itu bergerak dibidang pendidikan, politik, kepemudaan, penerbitan,
jual beli tanah negara , dan juga bidang
sosial. Digambarkan lewat polisi rahasia bernama Savak dan kekuataan militer
yang cukup besar untuk alat melengangkan kekuasaanya, bahkan tahun 1978 Iran
memiliki komposisi angkatan bersenjata terbesar ke-5 di dunia dengan jumlah
personil militer 413.000 orang, faktor ini yang membuat Shah Reza sangatlah
nyaman mempertahankan kekuasaannya menangkap orang-orang dianggap pemberontak
dan penghianat negara.
Negara Iran patutlah berbangga karena Allah telah memberinya
kekayaan alam berupa minyak yang begitu banyak, menjelang revolusi Iran di
tahun 1976 Iran menjadi eksportir terbesar di dunia bahkan penghasilan dari
seluruh sektor hampir 90% berasal dari minyak. Tapi perkembangan di sektor
minyak tidak diimbangi dengan laju ekspor lainnya terutama sektor pertanian
dimana, peran negara, tuan tanah, beberapa keluarga kaya membuat sektor
pertanian yang berimbas langsung terhadap masyarakat. Pertumbuhannya sangat
lamban karena praktik-praktik feodal sangat kental dalam pertanian di Iran.
Untuk itu Shah Reza memiliki terobosan untuk mengurangi ketimpangan
tersebut dengan “revolusi putih” yaitu pelaksanaan reformasi tanah yang dalam
pelaksanaannya terjadi proses yang kacau dan diwarnai dengan suap-menyuap
terhadap aparat pemerintah , sehingga menjelang terjadinya revolusi Iran sektor
pertanian mengalami fase kebangkrutan ditandai dengan impor besar-besaran bahan
pangan.
Pemberontakan dimulai tanggal 7 – 9 Januari 1977 di kota suci Qom ketika menteri penerangan memfitnah
bahwa Ayatullah Khomeini adalah seorang homoseksual dan gelombang protes itu
menyebabkan 60 orang warga sipil meninggal dunia, mulai saat itu gelombang
protes keras muncul dari berbagai kalangan baik kaum agama, nasionalis, hingga
kelompok yang selama ini dianggap musuh negara bersatu melawan pemerintahan
Shah Reza.
Pada periode itu juga nama Khomeini seorang ulama besar syiah dan dibarengi dengan semangat revolusi menjadi
satu untuk menumbangkan Shah Reza yang sangat otoriter dan militeristik, ia memimpin perlawanan dengan ceramah lewat
radio, kaset-kaset yang membangkitkan semangat warga Iran untuk menggulingkan Shah
Reza Pahlavi. Saat itu teriakan “Hidup Khomeini” “mampus Shah” dan “Allahu Akbar”
menjadi hal yang paling sering didengar kembali unsur agama dan semangat
revolusi bercampur hingga terjadinya pemberontakan total dimana-mana hingga
melibatkan wanita dengan senjata laras panjang, diikuti dengan tanggal 15 Desember
pemogokan dokter diseluruh negeri Iran , dan beberapa hari sebelum natal dengan
pemogokan nasional puncaknya saat para pekerja perusahaan minyak NIOC dan para buruh angkutan darat, laut, dan
udara ikut dalam mogok nasional yang membuat perekonomian Iran benar-benar
lumpuh, karena alasan yang genting akhirnya Shah Reza pergi ke Amerika.
Ketika terjadi pemberontakan besar dan terjadinya dualisme
pemerintahan antara Syahpur Bakhtiar boneka Shah dan Barzagan pemerintahan
tandingan buatan Khomeini. Sehingga dengan tidak kondusif pemerintahan saat itu
untuk pertama kalinya Iran melakukan pemilihan presiden dari akhir Desember
1979 hingga 26 Januari 1980 terpilihnya presiden baru yaitu Bani Shadr.
Dari berubahnya negara Iran
yang bersifat monarki menjadi republik melalui revolusi sangatlah panjang.
Memadukan antara unsur revolusi dari berbagai elemen masyarakat Iran saat itu
dan juga Khomeini sebagai pemuka agama syiah yang dihormati. Revolusi Iran
sangatlah kental nilai religus, maka kita dapat mencontoh persatuan dan
kesatuan yang ada di Negara Iran, peristiwa ini mengajarkan bahwa siapapun dia
harus memiliki tanggung jawab atas stabilitas keamanan negaranya dan juga agama
bukan menjadi penghalang bagi jalannya sebuah pemerintahan.
Referensi:
1.
Tamara ,Natsir 2017. Revolusi Iran. Jakarta : KPG
2.
Durkheim, Emile 2011. The elementery forms of he religius life.
Jogjakarta : IRCiSod
sangat menarik
BalasHapusBagi teman" yg menggunakan aplikasi Dana maupun Linkaja, jangan lupa klaim bonus Promo Cashback Deposit Dana dan LinkAja Sebesar 10%
BalasHapusKeuntungan Menggunakan Dana dan LinkAja
Yuk daftar langsung di Bolavita | Masih Byk Game seru Online Lainnya
• Sbobet Casino
• Cbo855
• Gd88
• Wm Casino
• Play1628
• Vivoslot
Hubungi kami segera di kontak bawah ini:
Line : cs_bolavita
WA: 0812-2222-995
Telegram : 0812-2222-995