Sepinya Ramai, Ramainya Sepi

19.44
Oleh: Hamdan Fadillah

Meledak-ledak rasanya ketika neurotransmitter di kepala ini ketika akan menyampaikan pesan
Pesan tak sekedar pesan, pesan yang bergejolak, bertumpuk, tebal, rumit
Rumitnya serumit getaran bumi yang tak terasa bergetar
Padahal, getaranya terjadi 23 kali sehari

Beruntungnya mahkluk ini, menjadi makhluk yang bebas
Bebas sebebas-bebasnya
Fitrahnya yang membebaskan apa-apa dalam dirinya
Dirinya dibekali akal, yang membawa dirinya bebas atau terbatas

Uniknya 4 huruf itu
Hal abstrak yang turut menentukan jalan hidup manusia
Hal abstrak yang turut menentukan majunya era
Yang bisa menentukan manusia dalam memilih ini itu

Lubernya pesan ini turut pula ditentukan akal
Kau, Neurotransmitter kenapa kau ikut berkujut?
Terlibat dalam ikut campur urusan akal
Biarlah dia itu, keluarkan semuanya
Apresiasiku padamu, Neuro
Tapi tapislah sedikit ketika kau sampaikan itu

Oh, aku lupa..
Padahal, betapa vitalnya ratio itu
Aristoteles, Plato, Avicenna, bahkan Tisna pun terkadang memakainya
Aduh, bedebah

Tapi, Tapi, sesungguhnya dimana letak akal itu?
Sungguh misteri, misteri yang kadang masih didebatkan
Ah.. Sudahlah,
tak penting dimana letak akal itu
Yang jelas, Apakah kau sudah pakai akalmu itu?

2 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.