Sejarah dan Perjalanan Hari Pendidikan Nasional

 

Sejarah dan Perjalanan Hari Pendidikan Nasional

 


Oleh Pascal Adinata dan Wulandari

 

Hari Pendidikan Nasional diperingati setiap tanggal 2 Mei setiap tahunnya. Keberadaan Hari Pendidikan Nasional tidak terlepas dari kelahiran tokoh pelopor pendidikan Indonesia. Hari Pendidikan Nasional merupakan hari nasional yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia untuk memperingati kelahiran Ki Hadjar Dewantara. Beliau merupakan sosok pelopor pendidikan di Indonesia sekaligus pendiri lembaga pendidikan Taman Siswa. Beliau juga merupakan pahlawan nasional di indonesia yang dihormati sebagai Bapak Pendidikan Nasional di Indonesia. Ki Hadjar Dewantara berperan penting dalam kemajuan pendidikan di Indonesia. Ia mendirikan Perguruan Taman Siswa yang menjadi tempat bagi penduduk pribumi biasa untuk dapat menikmati pendidikan yang sama dengan orang-orang dari kasta yang lebih tinggi. Hal ini karena pada masa penjajahan Belanda, pendidikan adalah hal yang sangat langka dan hanya untuk orang terpandang (keluarga priyayi) dan orang asli Belanda yang diperbolehkan untuk mendapatkan pendidikan.

 

Beliau juga terkenal dengan tulisannya yang menyebabkan beliau sering terlibat dalam masalah dengan Belanda. Hal ini karena tulisan-tulisannya yang tajam yang ditujukan untuk mengkritik pihak Belanda. Tulisannya yang terkenal adalah Als Ik Eens Nederlander Was yang berarti Seandainya Saya Orang Belanda. Beliau pun akhirnya diasingkan ke Pulau Bangka oleh pihak Belanda.

Biografi Ki Hajar Dewantara akhirnya mendapatkan bantuan dari Cipto Mangoenkoesumo dan Douwes Dekker yang mengajukan permintaan agar beliau dipindahkan ke Belanda. Setelah beliau kembali ke tanah air, beliau pun mendirikan Perguruan Nasional Taman Siswa pada tanggal 3 Juli 1922. Lembaga tersebut kemudian menjadi tolak ukur dari awal konsep pendidikan nasional Indonesia.

 

Pasca kemerdekaan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara diangkat sebagai menteri pendidikan. Dunia pendidikan pun menggunakan semboyan “tut wuri handayani” (di belakang memberi dorongan). Dalam rangka menghormati jasa-jasa beliau terhadap dunia pendidikan Indonesia, maka pemerintah Indonesia menetapkan tanggal kelahirannya sebagai Hari Pendidikan Nasional. Hari Pendidikan Nasional ini ditetapkan melalui Keppres No. 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959. Baca juga sejarah Hari Ibu di Indonesiasejarah Hari Air Seduniasejarah Hari Valentinesejarah Hari AIDS sedunia, dan sejarah Hari ABRI.

 

Mengenal Ki Hajar Dewantara Sosok Bapak Pendidikan Nasional di Indonesia


Bapak Pendidikan Nasional di Indonesia, Ki Hadjar Dewantara, memiliki nama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat. Sejak tahun 1922, namanya berubah menjadi Ki Hadjar Dewantara. Beliau lahir Pakualaman pada 2 Mei 1889 dan meninggal di Yogyakarta pada 26 April 1959. Beliau sejak kecil memiliki sifat yang independen, non-konfromis, dan merakyat. Sosok Ki Hadjar Dewantara berasal dari lingkungan keluarga Kadipaten Pakualaman, putra dari GPH Soerjaningrat dan cucu Pakualam III. Beliau lulus pendidikan dasar di ELS, yakni Sekolah Dasar Eropa/Belanda. Beliau sempat melanjut ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), tetapi tidak tamat karena sakit.

Beliau adalah aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, politisi, kolumnis, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Beliau mendirikan Perguruan Taman Siswa, sehingga memberikan kesempatan bagi para pribumi agar dapat memperoleh hak pendidikan seperti kaum priyayi dan orang-orang Belanda. Ia kemudian bekerja sebagai penulis dan wartawan di beberapa surat kabar, misalnya Midden Java, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan De Expres. Beliau dikenal sebagai penulis handal pada masanya. Tulisan-tulisannya dikenal tajam dan komunikatif dengan semangat antikolonial.

Ia juga aktif dalam organisasi sosial politik selain sebagai seorang wartawan muda. Beliau aktif dalam organisasi sosial dan politik, yakni Boedi Oetomo. Beliau aktif di seksi propaganda dalam rangka menyosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia (terutama Jawa). Pada saat itu beliau menyerukan pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Kongres pertama Boedi Oetomo di Yogyakarta juga dikoordinir olehnya.

Ki Hadjar Dewantara muda menjadi organisasi Insulinde. Organisasi tersebut merupakan organisasi multietnik yang didominasi kaum Indo yang memperjuangkan pemerintahan sendiri di Hindia Belanda, atas pengaruh Ernest Douwes Dekker. Lalu, saat Douwes Dekker mendirikan Indische Partij, Soewardi diajak juga. Seperti telah disinggung sebelumnya, bahwa Ki Hadjar Dewantara pernah menulis tulisan berjudul Als Ik Een Nederlander Was. Tulisan tersebut dimuat dalam surat kabar De Expres pimpinan DD, 13 Juli 1913. Artikel tersebut sangat pedas sekali di kalangan pejabat Hindia Belanda.

Tulisan tersebut menyinggung pemerintah Belanda yang menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang telah dirampas sendiri kemerdekaannya. Pesta-pesta tersebut bahkan dibiayai oleh bangsa yang telah dirampas kemerdekaannya. Beberapa dari pejabat Belanda menyangsikan tulisan ini asli dibuat oleh Ki Hadjar Dewantara karena gaya bahasanya yang berbeda dari tulisan-tulisan sebelum ini. Walaupun benar ia yang menulis, para pejabat Belanda menganggap bahwa Douwes Dekker berperan dalam memanas-manasi beliau untuk menulis dengan gaya demikian.

Tulisan ini menyebabkan beliau diasingkan ke Pulau Bangka atas permintaannya sendiri. Kedua rekannya, Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo, memprotes dan mereka bertiga diasingkan ke Belanda pada 1913. Ketiga tokoh tersebut kemudian dikenal sebagai Tiga Serangkai. Pada masa pengasingan, Ki Hajar Dewantara aktif dalam organisasi para pelajar asal Indonesia, yakni Indische Vereeniging (Perhimpuanan Hindia). Beliau kemudian mendirikan Pers-bureau, yakni kantor berita Indonesia. Hal inilah yang kemudian membuat beliau merintis cita-citanya memajukan kaum pribumi dengan belajar ilmu pendidikan hingga memperoleh Europeesche Akta. Europeesche Akta adalah ijazah pendidikan yang bergengsi yang kelak menjadi pijakan dalam mendirikan lembaga pendidikan yang didirikannya.

Melalui Ki Hajar Dewantara, kata “Indonesia” dipakai di kancah internasional untuk pertama kalinya. Hal itu ia lakukan saat mendirikan kantor berita dengan nama Indonesische Persbureau di Den Haag. Di sisi lain, ia juga bergabung dengan Indische Vereeniging (IV) ketika di Belanda. Indische Vereeniging (IV) merupakan organisasi pelajar Indonesia di Belanda. Pada 6 September 1919, beliau dipulangkan ke tanah air. “Kini, saya telah memperoleh kembali kebebasan saya tanpa suatu janji atau pernyataan apapun juga dari saya. Ini berarti kemenangan bagi saya,” tulis Ki Hajar Dewantara mengenai kepulangannya. Setelahnya, beliau mendirikan lembaga pendidikan Taman Siswa di Yogyakarta. Beliau juga telah mengajarkan filososi yang terkenal di dunia pendidikan yakni “Ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karso, Tut wuri handayani” yang artinya “Di depan memberi teladan, di tengah memberi bimbingan, di belakang memberi dorongan”.

Semasa studinya, beliau terpikat pada ide-ide sejumlah tokoh pendidikan dari negara lain. Misalnya, Froebel dan Montessori dari dunia Barat dan tokoh pendidikan India yakni Santniketan oleh keluarga Tagore. Selain tanggal lahirnya diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional, Ki Hadjar Dewantara juga dikukuhkan sebagai pahlawan nasional yang kedua oleh Presiden RI, Sukarno, pada 28 November 1959. Hal ini berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 305 Tahun 1959 tanggal 28 November 1959.

Nama beliau dijadikan sebagai salah satu nama kapal perang Indonesia, KRI Ki Hadjar Dewantara. Potret beliau juga diabadikan pada uang kertas pecahan 20.000 rupiah tahun edisi 1998. Ki Hadjar Dewantara dikenal dengan slogannya yang luar biasa. Slogan yang diciptakannya menggunakan Bahasa Jawa, yakni “Ing Ngarsa sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani”. Slogan tersebut berarti sebagai berikut “Di Depan menjadi Contoh atau Panutan, Di Tengah Berbuat Keseimbangan atau Penjalaran, dan Di Belakang Membuat Dorongan atau Mendorong”. Semboyan tersebut menciptakan semangat berpendidikan yang tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia. Sudah menjadi kewajiban bagi guru-guru di Indonesia untuk meneledani sosok Bapak Pendidikan Nasional yang telah memberi dampak positif terhadap bangsa Indonesia. Hal ini karena di tangan para gurulah nasib para penerus generasi bangsa dan tanggung jawab kemajuan pendidikan di Indonesia salah satunya dipengaruhi oleh para guru. Pastinya guru harus berkontribusi dalam hal positif dan ikut serta menyalurkan kemampuan di dalam bidang pendidikan seoptimal mungkin.

Setelah Indonesia merdeka, beliau diangkat menjadi menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Pengajaran Indonesia di kabinet pertama di bawah pemerintahan Ir. Soekarno. Ia juga mendapat gelar doktor kehormatan (doctor honoris causa, Dr.H.C.) dari Universitas Gadjah Mada pada tahun 1957. Namun, dua tahun setelah mendapat gelar Doctor Honoris Causa ini, tepatnya pada tanggal 28 April 1959, beliau wafat di Yogyakarta. Atas perjuangan Ki hajar Dewantara ini, beliau mendapat julukan bapak pendidikan Indonesia. Selanjutnya, setiap tanggal 2 Mei yang merupakan hari lahir Ki Hajar Dewantara, diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional.

 

Perayaan Hari Pendidikan Nasional

Walaupun bukan hari libur nasional, tetapi Hari Pendidikan Nasional dirayakan secara luas di Indonesia. Perayaan ini biasanya ditandai dengan penyelanggaraan upacara bendera di sekolah-sekolah dan perguruang tinggi. Upacara peringatan tersebut dilakukan dari tingkat kecamatan hingga pusat yang disertai dengan penyampaian pidato bertema pendidikan oleh pejabat terkait.

Makna Hari Pendidikan Nasional

Dalam Peringatan Taman Siswa ke-30 Tahun, Ki Hadjar Dewantara mengatakan, “Kemerdekaan hendaknya dikenakan terhadap caranya anak-anak berpikir, yaitu jangan selalu ‘dipelopori’, atau disuruh mengakui buah pikiran orang lain, akan tetapi biasakanlah anak-anak mencari sendiri segala pengetahuan dengan menggunakan pikirannya sendiri.”

Maksud dari pernyataan Ki Hadjar Dewantara tersebut dengan gamblang menunjukkan apa yang seharusnya lahir dari sebuah proses pendidikan, yaitu “agar anak-anak berpikir sendiri”. Dengan begitu, mereka menjadi orisinal dalam berpikir dan bertindak. Pendidikan dianggap berhasil ketika anak mampu mengenali tantangan apa yang ada di depannya dan tahu bagaimana seharusnya mereka mengatasinya.

Hari Pendidikan Nasional dapat dimaknai bahwa pendidikan sangatlah penting. Kemudahan dalam menempuh jenjang pendidikan yang saat ini diharapkan bagi generasi muda. Siswa dan pelajar dapat memanfaatkannya untuk menimba ilmu yang setinggi-tingginya. Dalam rangka membantu para pelajar lebih memahami makna Hari Pendidikan Nasional, maka sekolah-sekolah atau institusi pendidikan mengadakan upacara untuk mengenang para pahlawan yang berjuang demi kemajuan pendidikan Indonesia. Hal ini diharapkan dapat mengingat perjuangan para pahlawan pendidikan dan lebih menghargai serta memanfaatkan fasilitas pendidikan yang ada saat ini untuk mencari ilmu setinggi-tingginya, bukan justru hanya memberikan keuntungan kepada pihak-pihak tertentu. Pendidikan harus dimaknai sebagai sesuatu yang formal dan juga sakral, sebagai tenaga pendidik, orang tua, atau bahkan siswa sendiri harus dapat memahami makna penting dari sebuah pendidikan tersebut.

Tema dan Logo Peringatan Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2021

Tema peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang digelar 2 Mei 2021 adalah "Serentak Bergerak, Wujudkan Merdeka Belajar".  Menyambut Hardiknas 2021, Kemendikbud merilis Logo Hari Pendidikan Nasional yang dapat diunduh melalui laman link ini www.kemdikbud.go.id.  Selain itu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim menyampaikan cara merayakan Hardiknas di tengah pandemi Covid-19 melalui surat edaran Nomor 27664/MPK.A/TU.02.03/2021.  

Dalam surat edaran yang dirilis 26 April 2021, Nadim mengumumkan bahwa Kemendikbud akan menyelenggarakan upacara bendera pada 2 Mei 2021 pukul 08.00 WIB secara tatap muka, terbatas, minimalis dan tetap menerapkan protokol kesehatan.  Instansi pusat, darah, satuan pendidikan serta kantor perwakilan Indonesia di luar negeri yang berada di zona hijau dan kuning diperkenankan untuk menyelenggarakan upacara bendera Hardiknas 2021.  Namun upacara bendera harus terbatas, minimalis dan tetap mematuhi protokol kesehatan. Selain itu Kemdikbud juga merekomendasikan aktivitas atau kegiatan memperingati dan memeriahkan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2021 secara kreatif, menjaga dan membangkitkan semangat belajar di masa darurat Covid-19, serta mendorong pelibatan dan partisipasi publik, dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.

 


Referensi
:

https://sejarahlengkap.com/indonesia/sejarah-hari-pendidikan-nasional

https://lpmpriau.kemdikbud.go.id/mengenang-kembali-sejarah-hari-pendidikan-nasional-di-indonesia/

https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2021/04/surat-edaran-dan-pedoman-upacara-peringatan-hari-pendidikan-nasional-2-mei-2021
https://sejarahlengkap.com/indonesia/sejarah-hari-pendidikan-nasional

https://tirto.id/sejarah-hari-pendidikan-nasional-diperingati-setiap-tanggal-2-mei-fgkr

https://lpmpriau.kemdikbud.go.id/mengenang-kembali-sejarah-hari-pendidikan-nasional-di-indonesia/

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.