RASISME PAPUA SEBAGAI DAMPAK GLOBALISASI MENURUT PERSPEKTIF ILMU ANTROPOLOGI


RASISME PAPUA SEBAGAI DAMPAK GLOBALISASI MENURUT PERSPEKTIF ILMU ANTROPOLOGI


( Gambar : https://devpolicy.org/do-papuan-lives-matter-20201006/ )

Oleh : Luthfi Ridzki Fakhrian

(Wakadiv Pusat Kajian dan Studi Gerakan Red Soldier FIS)


A.    I. Pendahuluan


Tulisan ini sebenarnya dibuat untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Dasar-dasar Ilmu Sosial yang didalamnya akan menjabarkan masalah dan solusi yang akan disajikan penulis dalam bentuk esai. Tulisan ini berfokus pada masalah Rasisme Papua sebagai dampak dari globalisasi dalam perspektif ilmu Antropologi.


Namun sebelum kita membahas lebih lanjut, marilah kita pahami sejenak apa sebenarnya arti/pengertian dari globalisasi itu sendiri, di zaman dengan begitu pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan ini sedikit banyak mempengaruhi globalisasi dibelahan dunia manapun. Ada banyak tanggapan sebenarnya yang menyatakan arti globalisasi  itu sendiri yang jika disimpulkan pada dasarnya globalisasi adalah tentang terhapusnya sekat/batas antarnegara yang menjadikan semua dapat terhubung dan terkoneksi dengan begitu mudahnya. Ibarat pisau bermata dua sesuai dengan arti peribahasa ini globalisasi juga mendapatkan dua persoalan yang timbul kepermukaan, di satu sisi globalisasi bisa menjadi hal positif yang bisa kita dapatkan serta kita rasakan dari manfaatnya, tetapi disisi lain globalisasi juga menimbulkan masalah yang berdampak hal negatif yang pada akhirnya tidak dapat terhindarkan.


Dampak dari Globalisasi itu sendiri hampir dapat kita rasakan dari seluruh aspek penting kehidupan yang kita jalani saat ini. Tetapi seperti yang sudah saya jabarkan di atas globalisasi juga bisa menjadi sebuah tantangan dan permasalahan baru yang harus dipecahkan. Proses perkembangan globalisasi ditandai oleh berbagai kemunculan dan kemajuan bidang teknologi informasi dan komunikasi, dari bidang tersebut akan memengaruhi sektor krusial lain dalam kehidupan, seperti ekonomi, politik, sosial, budaya, dan lain sebagainya. Kemudian, dari hal ini kelahiran berbagai permasalahan sosial tentu tak terhindarkan.


Permasalahan sosial akibat globalisasi ada sangat banyak macamnya, karena selain banyak menimbulkan masalah seperti, westernisasi, dan lunturnya budaya local, ternyata dampak dari globalisasi bisa membuat perpecahan diantara anak bangsa, seperti yang halnya Rasisme yang terjadi terhadap orang papua, jika seharusnya globalisasi menghasilkan dampak kemajuan teknologi informasi dan komunikasi seperti adanya Whatsapp untuk mempermudah berkomunikasi dan berbagai laman berita online untuk bisa membaca berita hanya dengan Gawai pintar yang kita miliki, tetapi ternyata dari hal tersebut akhirnya perpecahanpun terjadi berawal dari aksi rasisme lalu disinformasi akibat tidak mampu menyaring informasi dengan baik, hingga akhirnya terjadilah Kerusuhan di Papua akibat rasisme tersebut yang diperparah dengan beredarnya beberapa pemberitaan di media sosial yang diduga merupakan hoaks terkait dengan pengusiran dan terbunuhnya mahasiswa Papua di Surabaya dan Malang hingga terbaru dengan beredarnya video tindakan yang tidak terpuji yang di lakukan oleh oknum TNI AU kepada masyarakat Papua.


Permasalahan sosial rasisme sebagai dampak globalisasi inilah yang  akan lebih jauh penulis bahas di dalam esai ini. Dengan menggunakan pendekatan monodisiplin, yang bahan pelajarannya bertitik tolak murni berdasarkan disiplin ilmu yang bersangkutan tanpa mempertautkan dengan cabang ilmu lainnya, dalam esai ini cabang ilmu terkait adalah ilmu Antropologi. 


A.    II. Pembahasan


Globalisasi pada dasarnya adalah suatu fenomena khusus yang terjadi pada peradaban manusia yang akan bergerak terus menurus di dalam masyarakat global dan sudah menjadi bagian dari proses manusia global itu. Seperti sudah di paparkan diatas globalisasi menyentuh hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Dampak globalisasi juga banyak memaksa Negara-negara untuk meninjau kembali wawasan dan pemahaman mereka terhadap konsep bangsa. Arus globalisasi juga membawa peningkatan pesat dalam berbagai bidang termasuk teknologi.


Hal yang paling kita rasakan sebagai dampak dari Globalisasi saat ini mungkin adalah apa yang terjadi dimasa ini dimana kemunculan Pandemi Covid-19 di berbagai dunia terkhusus Indonesia akhirnya membuat berbagai hal mulai dari proses pembelajaran seperti kuliah, mengerjakan tugas, sampai dengan ujian, bahkan kegiatan kantor semuanya dikerjakan di rumah, dengan kata lain semua dilakukan dengan cara online menggunakan teknologi gawai maupun laptop. Dan tentunya melalui jaringan kecepatan internet yang juga membuat kita saling terhubung satu sama lain.


Namun jika dilihat lebih lanjut globalisasi juga membawa dampak yang menimbulkan permasalah sosial bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, seperti halnya Rasisme yang terjadi terhadap mahasiswa papua, sebenarnya ini adalah kasus lama, namun penulis berusaha memahami dan mendalami masalah ini, yaitu tentang mengapa masalah Rasisme bisa terus berulang terjadi di Indonesia ini, dan mengapa orang papua kerap kali menjadi sasaran atau korban yang dirugikan, lalu apa hubungan ini masalah ini dengan globalisasi dan antropologi.


Jika kita merujuk kepada  penelitian LIPI, yang dipublikasikan dalam buku berjudul Papua Road Map, setidaknya ada beberapa hal yang menjadi sumber konflik Papua. Tetapi disini penulis hanya akan membahas salah satu dari sumber itu yaitu marjinalisasi dan tindakan diskriminatif yang mengarah kearah rasisme terhadap orang asli Papua yang sebenarnya sudah terjadi sejak perkembangan ekonomi, kebijakan kultural, dan imigrasi ke Papua sejak tahun 1970. Dan menurut sensus juga ternyata Pada tahun 2010-2011, jumlah penduduk di Papua sudah didominasi oleh warga pendatang. Tidak hanya masalah komposisi penduduk, warga pendatang juga mendominasi perekonomian di Papua, khusunya dalam bidang agrikultur dan jasa.


Selain itu ada persepsi dan pandangan dari sebagian masyarakat Papua bahwa ketika mereka mengekspresikan budayanya, hal tersebut akan dilihat sebagai bentuk separatisme ataupun perlawanan terhadap negara. Kesan kecurigaan negara terhadap budaya Papua ini diperkuat dengan adanya Peraturan Pemerintah Nomor 77 tahun 2007 yang melarang penggunaan simbol-simbol kulutral tertentu.


Hal kultural tentang budaya inilah yang kelak akan memicu konflik yang mengarah kearah Rasisme kepada orang Papua, Hal yang tidak hanya terjadi di tanah Papua, tetapi diskriminasi ini juga dialami oleh masyarakat Papua ketika pergi ke pulau lain. Permasalahan pun semakin kompleks karena masyarakat di pulau-pulau lain juga menjadi sumber diskriminasi yang bahkan mengujarkan ujaran kebencian yang bernada rasisme kepada orang Papua.


Sebagai contoh adalah apa yang baru dialami oleh Mahasiswa asal Papua, yang dalam beberapa kesempatan kerap ditolak ketika mencari tempat indekos di Yogyakarta hanya karena berasal dari Papua, bentuk rasisme ini terjadi lantaran adanya stigma negatif dan generalisasi atau stereotype masyarakat terhadap perilaku dan budaya orang Papua yang dianggap berbeda. Bahkan Rasisme juga diduga dilakukan oleh aparat keamanan yang sering kali mendatangi asrama mahasiswa Papua dengan kekuatan lengkap tanpa alasan yang jelas selain hanya karena dasar kecurigaan terhadap aktivitas mahasiswa Papua. 


( Gambar : https://lingkarmadura.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-1892290395/viral-penyandang-tuli-di-papua-diinjak-kepalanya-danlanud-merauke-minta-maaf-dan-tindak-dua-anggota-tni-au )


Tidak berhenti di situ, tindakan pembubaran ataupun penangkapan yang dilakukan aparat terhadap masyarakat Papua juga beberapa kali dinilai berlebihan, termasuk apa yang terjadi di Surabaya beberapa waktu lalu serta tindakan Oknum Aparat TNI AU yang baru-baru ini menginjak Kepala Warga Papua yang kebetulan adalah seorang Difabel, kejadian ini tentu sangat disayangkan dan mengingatkan kita kembali dengan apa yang terjadi di Amerika Serikat yang sempat membuat gempar itu, Dimana seharusnya aparat penegak hukum memiliki perspektif HAM, menekankan pendekatan humanis dan dialogis, utamanya terhadap penyandang disabilitas, karena memang Negara menjaminnya, sesuai dengan UU nomor 39 tahun 1999 tentang HAM,  UU Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas serta PP nomor 39 tahun 2020 tentang Akomodasi Yang Layak Bagi Penyandang Disabilitas Dalam Proses Peradilan.


Tindakan diskriminasi dan rasisme di atas pada akhirnya membuat sebagian masyarakat Papua merasa dimarjinalkan dan mempertajam stigma yang ada, hingga akhirnya peristiwa mahasiswa yang terjadi di Surabaya pun terjadi dan memancing amarah warga Papua yang lain hingga yang sekarang ini terjadi yakni tindakan Oknum Aparat TNI AU terhadap warga Papua, akhirnya menimbulkan gerakan atas nama solidaritas di jagat dunia maya yaitu #PapuaLivesMatter menjadi populer di kalangan masyarakat yang peduli atas rasisme yang terjadi tehadap orang Papua, dengan munculnya gerakan ini secara tidak langsung juga mampu menahan banyaknya berita hoaks agar tidak terjadi kembali peristiwa kerusuhan di Papua karena hoaks yang disebarkan di media social saat peristiwa Surabaya, wadah globalisasi yang seharusnya mempermudah memperoleh berita justru malah menjadi salah satu api dan sumber masalah Kerusuhan akibat Rasisme di Papua saat itu.


Dari permasalahan yang sudah penulis sampaikan yaitu Permasalahan budaya rasisme sebagai dampak globalisasi terhadap orang papua, penulis akan membahasnya dari perspektif ilmu antropologi. Dalam Ilmu Antropologi, menurut William A. Haviland Antropologi merupakan sebuah studi tentang umat manusia, berusaha untuk membuat generalisasi yang berguna tentang orang-orang dan perilaku mereka dan untuk mendapatkan pemahaman yang lengkap dari keragaman manusia. Lalu apa itu rasialisme Gail Lewis mencoba [menjelaskan] bahwa konsep rasialisme (rasialisation) yang terjadi sebenarnya mengacu pada gagasan lama bahwa ras adalah karakteristik biologis dan juga mengacu pada gagasan baru bahwa budaya adalah penanda perbedaan, dari apa yang di jelaskan oleh Gail Lewis dan William A. Haviland, sebenarnya sudah sangat jelas menggambarkan bahwa stigma negatif dan generalisasi atau stereotype, tentang perilaku atau keragaman budaya manusia jika dilakukan dengan cara yang negatif dan salah maka hal ini lah yang akan membawa kearah rasialisme dan berbahaya karena bisa menimbulkan perpercahan bangsa.


Maka dari itu, jelas bahwa dalam melihat penyebab dari Rasisme yang terjadi terhadap orang Papua. Sangat banyak faktor terkait yang mampu memicu lahirnya Rasisme. dan Secara tidak langsung hal rasisme dan globalisasi ini juga adalah bagian dari antopologi itu sendiri karena rasisme yang terjadi berasal dari adanya stigma negatif dan generalisasi budaya yang dilakukan karena adanya perbedaan, hal tersebut juga diperparah dengan social media sebagai sarana masuknya globalisasi ternyata juga menjadi sumber masalah karena dari social media inilah masalah yang sebenarnya hoaks, justru bisa menjadi api yang membakar isu rasisme sehingga membuat Kerusuhan di Papua beberapa waktu lalu.


Tentu sebagai penulis saya tidak ingin kejadian seperti ini terjadi kembali, dan oleh karena itu langkah solidaritas terhadap masyarakat papua yang kita lakukan sebagai saudara sebangsa setanah air saya rasa sangat masuk akal untuk dilakukan, dan sebagai penulis saya juga mencoba memberikan solusi lain yang bisa dilakukan untuk meminimalisir masalah oknum TNI AU tersebut agar tidak mengulang kembali peristiwa kerusuhan di Papua, diantaranya adalah dimulai dari perubahan cara pandang atau generalisasi dan stereotype masyarakat indonesia, di mana pun itu baik di sekolah, kampus, ataupun di lingkup masyarakat luas dalam memandang setiap perbedaan baik budaya atau hal lain dan perlu adanya kembali pemahaman akan nilai-nilai bangsa. Karena budaya ataupun perbedaan sebenarnya bukanlah suatu hal yang harus menjadi permasalah tetapi itu adalah wujud dari indahnya keberagaman bangsa Indonesia ini bangsa yang berdiri diatas semboyan Bhinneka Tunggal Ika, yaitu berbeda beda tetapi tetap satu jua. 


A.    III. Penutup


Globalisasi memang sangat sulit dihindari. Globalisasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ternyata juga banyak memberi dampak bagi Indonesia baik itu dampak positif maupun negatif. Kita memang tidak perlu menghindari globalisasi. Tetapi kita perlu memahami dan mampu mengolah segala yang datang dari teknologi seperti Informasi, di dalam Esai yang sangat sederhana ini penulis menyajikan sebuah pandangan dan solusi dari permasalah Rasisme terhadap Orang Papua yang sering tejadi didalam masyarakat Indonesia, penulis merasa sudah sepatutnya bagi penulis sebagai anak bangsa yang peduli akan perbedaan budaya dan kehidupan berbangsa Negaranya mengutarakan tulisan ini. Dan penulis berharap dari tulisan ini hati dan pikiran masyarakat Indonesia termasuk diri penulis sendiri dapat lebih memahami arti perbedaan sebagai suatu anugerah dan keindahan bukan sebuah masalah yang menimbulkan perpecahan. Tulisan Esai yang dibuat ini hanyalah berupa pandangan dan opini penulis yang di kuatkan dengan sumber-sumber pendukung yang ada.













Daftar Pustaka

Pintar Politik. (2019). Bara Sosial di Rasisme Papua.  Online, https://pinterpolitik.com/bara-sosial-di-rasisme-papua (diakses pada 20 Juli 2021)

Kurniawan, Aris. (2020). Pengertian Antropologi Menurut Para Ahli. Di, https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-antropologi/ (diakses pada 20 Juli 2021)

Ronaldo, Franklin. (2019). The issue of Racism needs to be discussed more in Indonesia. The Conversation,  https://theconversation.com/isu-rasisme-perlu-lebih-banyak-dibahas-di-indonesia-123178 (diakses pada 27 Juli 2021)

(https://www.suara.com/news/2021/07/28/101437/aparat-tni-au-injak-kepala-warga-papua-difabel-istana-sangat-eksesif-di-luar-prosedur)

 


Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.