Problmatik & Intrik Mahasiswa : Kelulusan, Karir, dan Harapan

 (Opini Tentang Penyandang Gelar Mahasiswa)

 

 

 

“Engkau sarjana muda, resah tak dapat kerja, tak berguna ijasahmu, empat tahun lamanya, bergelut dengan buku, sia-sia semuanya” Lirik Sarjana Muda Iwan Fals

 

Masa depan yang cerah merupakan sebuah idaman hampir semua orang di dunia, tiap individu melakukan usaha yang sedemikian rupa guna menggapai impian mereka guna menggapai apa yang mereka harapkan dan salah satu jalan agar berharap mendapat kehidupan yang lebih layak kedepannya adalah banyaknya orang yang mengejar untuk dapat mengenyam pendidikan hingga ke perguruan tinggi. Dengan masuknya mereka mengambil studi di sebuah perguruan tinggi tidak dipungkiri juga sebagian besar dari seluruh mahasiswa khususnya di Indonesia memupuk harapan ketika lulus mereka bisa mengejar cita-cita, memantapkan karir yang lebih gemilang, dan berharap akan mudah mendapatkan pekerjaan yang layak sesuai dengan titel yang nantinya mereka dapat.

 

Mulai dari semenjak jenjang pendidikan menengah atas para siswa di Indonesia menpersiapkan           impian mereka untuk masuk ke kampus idaman, belajar sekeras mungkin, mencari litelatur- litelatur dan kiat-kiat agar bisa mendapatkan gelar “mahasiswa” dan sarjana di kampus idaman. Bahkan kebanyakan orang tua-pun ikut berperan akitf dengan harap anak-anak mereka akan melanjutkan studinya di perguruan tinggi. Motivasi – motivasi dan jargon yang membakar semangat para calon mahasiswa sering terpampang di media sosial, branding-branding perguruan tinggi baik yang swasta maupun negeri begitu ciamik membuat para calon mahasiswa ini tergiur akan kampus yang akan mereka masuki. Peran para alumni sekolah yang masuk perguruan tinggi juga sangat membantu minat kebanyakan siswa untuk bisa juga turut merasakan atmosfer dari bangku perkuliahan yang padahal jika melirik secara fakta actual lebih dalam lagi untuk dapat terserap setelah lulus dari perguruan tinggi pun tidak seperti indahnya mimpi di siang bolong.

Masa Kuliah : Perjuangan Lulus Yang Tidak Mulus

Jika kita telisik lebih dalam lagi lika-liku perkuliahan para mahasiswa adalah salah satu tahapan yang dipenuhi dengan nilai-nilai perjuangan. Perjuangan yang dimaksud adalah mereka harus dapat beradaptasi dengan fakta-fakta yang cukup mengagetkan bahwasanya bangku kuliah tidak seindah dan tak sama seperti bangku saat mereka menempuh pendidikan di sekolah. Masih banyaknya dosen-dosen yang bukannya kooperatif tetapi malah konservatif, tugas-tugas kuliah yang banyak, belum lagi kegiatan di kampus seperti organisasi yang dari ke semuanya itu membentuk pembelajaran dari mahasiswa sendiri. Namun di lain sisi banyak juga ketika mereka masuk perguruan tinggi beberapa dari mahasiswa merasa tidak nyaman di bangku perkuliahan contohnya adalah fenomena “salah jurusan” dimana mahasiswa yang seperti ini merasa mereka tidak cocok atau tidak dapat mengikuti perkuliahan dengan jurusan yang memang sudah dipilihnya, alhasil dari hal ini membuahkan keputusasaan dan patah semangat dari tiap mahasiswa untuk melanjutkan perkuliahan.

 

Aspek keuangan juga menjadi isu atau problematik bagi para mahasiswa, seperti yang kita tahu pada umumnya hampir di semua perguruan tinggi itu mengambil iuran dari mahasiswanya alias “kuliah tidak ada yang gratis” aspek finansial inilah yang kerap kali menjadi sedikit momok bagi para mahasiswa. Dimana orang tua dari mahasiswa tersebut membayarkan uang kuliah untuk menunjang keberlanjutan pendidikan anaknya ditiap semesternya, belum lagi jika si mahasiswa ini berkuliah di luar daerah sehingga mengharuskan mereka untuk menyewa tempat tinggal tiap bulannya (kos), biaya hidup atau uang saku yang juga harus dikeluarkan guna menunjang kuliah hingga bisa diartikan bahwasanya “kuliah itu tidaklah murah” dan seringkali dari beberapa mahasiswa di tanah air mereka berkuliah sambil menjari part-timer di suatu lokasi kerja demi membantu keuangan mereka dalam berkuliah. Belum lagi saat mahasiswa semester akhir mereka berkutat dalam penyelesaian tugas akhir, revisi tiada henti demi gelar sarjana yang telah menanti, ibu bapak yang punya harapan tinggi anak mereka bisa lulus dari perguruan tinggi menjadi motivasi.

 

Lika-liku inilah yang membentuk hampir tiap mahasiswa untuk mereka bisa cepat lulus agar bisa segera mengejar cita-cita dan mengembangkan karir seperti yang mereka impikan selama duduk dibangku perkuliahan, namun tidak semudah itu tentunya karena lulus belum tentu mulus.


Kenyataan Kelulusan Tak Seperti Yang Diharapkan

Lulus dan mendapatkan gelar sarjana adalah salah satu dari banyak impian para mahasiswa perguruan tinggi, mereka menginginkan segera cepat lulus agar bisa berkarir dengan semestinya, namun sayangnya realitas yang kejamnya, karena saat lulus pun para mahasiswa akan bersaing dengan mahasiswa lain yang juga turut serta dalam pencarian kerja.

 

Menutur dari Kemdikbudristek bahwasanya tiap tahun tercetak sebanyak 1.7 juta lulusan sarjana dari perguruan tinggi, hal ini mengartikan dan memberi suatu sinyal bahwasanya sebagian jumlah lulusan perguruan tinggi tersebut akan kemungkinan merebutkan bangku pencarian pekerjaan. Berikutnya merujuk pada data BPS banyaknya angka pengangguran di Indonesia per febuari 2021 berjumlah 8.7 juta orang, tentu saja jika dilihat dalam konteks saat ini kita sedang menghadapi pandemi covid – 19. Menariknya dari jumlah total pengangguran tersebut diperoleh data rincian sebanyak 1 juta orang lulusan universitas menganggur. Berikutnya adalah data dari pada bidang pekerjaan dari para lulusan sarjana, Menteri Pendidikan Nadiem Makarim pada 26 Oktober 2021 menyebutkan bahwa 80% mahasiswa di Indonesia mendapatkan pekerjaan yang tidak relevan dengan alur studi kuliahnya. Hal inilah yang menjadi problematik dan realitas pahit yang harus diterima oleh tiap lulusan perguruan tinggi di mana ketika mereka lulus bukan hanya bersaing dengan mahasiswa lain yang memiliki jurusan yang sama, persaingan ketika berkarir merupakan pertarungan dengan berbagai jurusan lintas ilmu.


Berikutnya adalah mengenai permasalahan pekerjaan yang layak, para lulusan sarjana ini yang bekerja berbeda dengan backround apakah mendapatkan suatu pekerjaan yang layak ? belum tentu, pasalnya para lulusan perguruan tinggi ini akhirnya memilih untuk asal bekerja saja yang penting tidak menganggur, karena menanggung amanah ekonomi yang diturunkan ibu-bapak atau juga merasa harus balas budi kepada kedua orang tua yang telah menyekolahkan mereka, hal ini memaksa para lulusan baru agar mendapatkan pekerjaan juga penghasilan meskipun pekerjaan itu berbeda dari latar belakangnya dan bisa jadi juga bukan pekerjaan yang layak.

 

Dari hal inilah menjadi sinyal bagi kita semua, dan khususnya bagi para mahasiswa bahwa lulus itu belum tentu mulus, akan ada banyak tantangan juga rintangan yang dihadapi demi memperbaiki kualitas hidup dan kualitas diri.


Referensi Bacaan dan Penulisan

  • Data BPS (Badan Pusat Statistik) Angkatan Kerja Kuartal Februari 2021
  • Artikel Kompas.com : 80 Persen Mahasiswa Tidak Bekerja Sesuai Jurusan Kuliah (Dimuat pada 9 November 2021)
  • Artikel Kompas.com : Kemenaker Sebut Pengangguran Terbuka Banyak Dari Lulusan Perguruan Tinggi (Dimuat pada 6 Juli 2021)


Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.