PENDIDIKAN SEBAGAI CANDU KAPITALIS

Oleh : Iswatun Hasanah
Pendidikan Sosiologi 2016
Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara merupakan proses pembudayaan yakni suatu usaha memberikan nilai-nilai luhur kepada generasi baru dalam masyarakat yang tidak hanya bersifat pemeliharaan tetapi juga dengan memajukan serta memperkembangkan kebudayaan menuju kearah keluhuran hidup kemanusiaan. Pendidikan dan pengajarannya idealnya memerdekakan manusia dari aspek hidup lahiriah (kemiskinan dan kebodohan), manusia yang merdeka adalah manusia yang tidak bergantung kepada orang lain, artinya pendidikan harus mampu menjadikan setiap individu hidup mandiri dan berani berpikir sendiri.
Kapitalis tampil sebagai kelompok sosial-ekonomi yang berdasarkan kepada ajaran agama katolik untuk melawan dan menetralisir paham sekularisme dan materialisme yang cenderung melepaskan diri dari ikatan agama. Dalam praktek etos kerja dan pemenuhan kebutuhan duniawi menurut paham kapitalis dianggap sebagai bagian dari pengabdian kepada Tuhan, bahkan dalam pandangannya aktivitas duniawi dan imbalan dari aktivitas tersebut merupakan “takdir” menurut Weber, nilai-nilai dan alasan religius ini memberikan dorongan dan energi emosional bagi kaum materialisme, dan faktor ini sangat penting bagi kemunculan dan perkembangan pesat kapitalisme
Dalam masyarakat modern sistem pendidikan digunakan hanya untuk “memproduksi” budaya kelas dominan dalam rangka untuk kelas dominan untuk terus memegang dan melepaskan kekuasaan,  penanaman ideology melalui ISA (ideological state apparatus) ini adalah bentuk dari formasi masyarakat kapitalis yaitu relasi yang timpang kelas borjuis dan ploretar.
Menurut Althusser semua sistem yang ada seperti sistem hukum, sistem ekonomi atau sistem pendidikan merupakan syarat keberadaan ekonomi kapitalis yang dilakukan secara halus dan terselubung melalui ideologi sekolah. Sedangkan menurut Bowles and Gintis sampai pada satu kesimpulan bahwa justru sekolah dan pendidikan di Amerika Serikat memproduksi ketidakadilan sosial dan kelas.
Bowles and Gintis beragumen dengan prinsip keterkaitan yang menjelaskan relasi organisasi internal sekolah dengan internal tenaga kerja kapitalis dalam struktur, norma, dan nilai-nilai sebagai contoh bahwa sistem hierarki dalam sekolah mencerminkan struktur pasar tenaga kerja yaitu dengan kepala sekolah sebagai managing director, murid berada dalam hierarki tersebut yang dimana murid dituntut untuk memakai seragam, dan sekolah telah mempromosikan disiplin Karena akan berada di tempat kerja, ini merupakan kelas kapital,  sistem pendidikan dalam pandangan Bowles and Gintis merupakan elemen penting dalam reproduksi pembagian kerja yang secara luas merupakan refleksi dari hegemoni keas kapital. Ini sekaligus menunjukan bahwa kurikulum pun menjadi elemen penting yang melahirkan ketimpangan sosial ekonomi dalam sekolah khususnya dalam masyarakat umum.
Kurikulum sudah ditransmisikan dibawah alam sadar yang sudah menjadi ideologi, dan negara berhadapan dengan budaya yang suda melekat dalam masyarakat. Bahwa pendidikan melalui praktik kurikulum digunakan oleh borjuis untuk mengontrol tenaga kerja. Dapat ditarik kesimpulan bahwa sekolah di Amerika menimbulkan ketidakadilan sosial karena yang bisa menempuh pendidikan hanya kaum borjuis sedangkan kaum bawah (Negroid, India, kulit hitam) tidak. Modal atau akses ekonomi menjadi salah satu faktor ketimpangan sosial yang terjadi di sekolah.
Sekolah hanya melahirkan berbagai ketimpangan ekonomi, politik, dan kultura. Menurut Michael W. Apple pendapatnya tidak jauh berbeda dengan Bourdieu bahwa sekolah dan juga universitas sebagai “market” dimana terdistribusinya berbagai modal terutama cultural capital dan economical capital.  Relasi antar kurikulum, sekolah, capital, dan reproduksi sosial dengan kata lain kurikulum dan sekolah terlibat dalam kontestasi dalam arena ekonomi dimana berlangsung secara dramatis proses akumulasi kapital dan melalui kurikulum, kelompok dominan berkepentingan untuk memperluas pasar dan keuntungan yang berada dalam masyarakat lebih luas. 
Sekolah dan kurikulum menjadi sebuah state apparatus yang memiliki peran penting dalam menompang kesadaran dan ideologisasi terkait dengan akumulasi kapital. Disinilah kurikulum diseleksi, disertifikasi sebagai organisasi pembelajaran yang mendukung terciptanya ketimpangan.
Konsep kekuasaan menjelaskan bahwa konstelasi kekuasaan dan bekerja dalam dunia pendidikan di Indonesia, khususnya melalui kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pihak-pihak yang berkepentingan dalam pendidikan. Kurikulum merupakan produk pengetahuan yang diproduksi oleh mereka yang berkuasa, salah satunya Negara. Kurikulum digunakan sebagai kekuasaan kepada sekelompok masyarakat selain penggun birokrasi.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.