Antonio Gramsci : Negara dan Hegemoni

20.53


By : Muhammad Andika
Penulis : Nezar Patria & Andi Arief
Penernit: Pustaka Pelajar (2015)

Akhir-akhir ini disibukan dengan banyak persoalan politik yang membuat jenuh salah satunya adalah dominasi sebuah kelompok kepada kelompok yang lain. Dalam kehidupan sehari-hari, negara adalah sebuah realitas politik yang nyaris kita terima sebagai given. Kecenderungan ini terjadi karena negara diketahui dan dialami setiap hari seakan berada diluar kesadaran manusia. Pada tingkat kesadaran individual, negara baru dirasakan keberadaannya manakala ia berbenturan dengan kekuasaan. Bahwa ada sebuah realitas kekuasaan di luar dirinya, yang berada pada atmosfer publik, namun ternyata cukup berpengaruh terhadap kehidupannya sehari-hari. Dari optik kekuasaan dan legitimasi dalam wacana politik, kenyataan itu kira sebut sebagai realitas kekuasaan negara dalam masyarakat.

            Hegemoni menurut Gramsci merujuk pada pengertian tentang situasi-politik, dalam terminologinya disebut “momen” dimana filsafat dan praktek sosial masyarakat menyatu dalam keadaan seimbang. Dominasi merupakan konsep dari realitas yang menyebar melalui masyarakat dalam sebuah lembaga dan manifestasi perorangan. Pengaruh dan “spirit” ini berbentuk moralitas, adat, religi, prinsip-prinsip politik dan semua relasi sosial, terutama dari intelektual. Hegemoni selalu berhubungan dengan penyusunan kekuataan negara sebagai klas diktaktor.  Latar belakang politik, gagasan hegemoni tersebut adalah pengalaman gramsci sendiri. Fokus perhatian Gramsci pada hal tersebut muncul dari situasi politik ketika ia hidup dan menjadi pemimpin intelektual dari gerakan massa ploletar di Turin selama perang dunia pertama dan masa sesudah itu. Gramsci berkeyakinan bahwa prakondisi sosial dan ekonomi untuk transisi kepada sosialisme sudah ada. Untuk itu negara hanya bisa dipahami jika klas dominan dianalisa dalam seluruh aspeknya, sebagai kekuataan (force) ditambah persetujuan (consent), dan jika negara tidak lagi dilihat sebagai alat kekuataan dari sebuah klas, tapi sebagai semua jenis kegiatan dalam seluruh jangkauan tempat dimana hubungan produksi sosial mampu direproduksi.

Hegemoni dalam bahasa yunani kuno disebut “eugomonia”, sebagaimana mana dikemukaan encyclopedia britanianica dalam praktiknya di Yunani, diterapkan untuk menunjukkan posisi yang diklaim negara-negara kota secara individual, misalnya yang dilakukan negara kota Athena dan Sparta terhadap negara-negara lainnya yang sejajar. Dalam pengertian zaman ini, hegemoni menunjukkan sebuah kepemimpinan dari suatu kepemimpinan dari suatu negara tertentu yang hanya sebuah kota terhadap negara-negara lain yang berhubungan secara longgar maupun secara ketat terintegrasi dalam negara “pemimpin”. Dalam konteks politik internasional, misalnya, pada periode perang dingin, pertarungan pengaruh antara negara adikuasa seperti amerika serikat dan uni soviet, pada masa perang dingin, biasanya disebut perang untuk menjadi kekuasaan hegemonik di dunia.

Konsep hegemoni Gramsci sebenarnya dapat dielaborasi melalu penjelasannya tentang basis dari supremasi klas: Supremasi sebuah kelompok mewujudkan diri dalam dua car, sebagai "dominasi" dan sebagai “kepemimpinan intelektual dan moral”. Dan di satu pihak, sebuah kelompok sosial mendominasi kelompok-kelompok oposisi untuk “menghancurkan” atau menundukan mereka, bahkan mungkin dengan menggunakan kekuataan bersenjata di lain pihak, kelompok sosial memimpin kelompok-kelompok kerabat dan sekutu mereka. Sebuah kelompok sosial dapat dan bahkan harus menerapkan “kepemimpinan" sebelum memenangkan kekuasaan pemerintah (kepemimpinan tersebut merupakan salah satu syarat –syarat utama untuk memenangkan kekuasaan semacam itu). Kelompok sosial tersebut kemudian menjadi dominan ketika dia mempraktekan kekuasaan, tapi bahkan dia telah memegang kekuasaan penuh ditangannya, dia masih harus terus “memimpin” juga.

Kutipan itu jelas menunjukkan suatu totalitas yang didukung oleh kesatuan dua konsep: kepemimpinan (direction) dan dominasi (dominance). Hubungan kedua ini menyiratkan tiga hal. Pertama, dominasi dijadikan atas seluruh musuh dan kepemimpinan dilakukan kepada segenap sekutu-sekutu. Kedua, kepemimpinan adalah suatu prakondisi untuk menaklukan aparatus negara, atau dalam pengertian sempit kekuasaan pemerintah. Ketiga, sekali kekuasaan negara dapat dicapai, dua aspek supremasi klas ini, baik pengarahan ataupun dominasi, terus berlanjut. Salam hegemoni!

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.