496 Jakarta Jadi Karya Untuk Warganya?

Oleh:

Depia Febiyola, Firly Amar Nashwa, Marco Antonio

Red Soldier, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta

 

Sejarah Kota Jakarta

Sejarah Jakarta bermula dari Sunda Kelapa, lalu menjadi kota Jayakarta. Setelah Jayakarta dibumihanguskan oleh Belanda, dari reruntuhannya lahirlah Batavia. Batavia merupakan pusat pemerintahan VOC dan Hindia Belanda. Kini Jakarta adalah ibu kota Republik Indonesia. Hari lahirnya kota Jakarta pada 21 Juni adalah hari dimana Fatahillah dan pasukannya berhasil mengalahkan tentara Portugis dari Pelabuhan Sunda Kelapa pada tahun 1527. Setelah Portugis terusir dari Sunda Kelapa, pelabuhan dan pusat perdagangan rempah-rempah itu berganti nama menjadi Jayakarta, yang artinya kota kemenangan. Kekuasaan atas Jayakarta diserahkan kepada Pangeran Jayakarta.

 

Nama "Jakarta" yang dikenal sekarang lahir dari nama "Jayakarta". Sunda Kelapa menjadi arena perbutan kekuasaan antarbangsa, seperti Belanda dan Inggris. Karena perebutan kekuasaan ini, J.P Coen membumihanguskan Jayakarta. Lalu dibangun kota Batavia yang merupakan tiruan dari kota Amsterdam. Pada masa itu dibangun kawasan yang sampai kini disebut sebagai Kota Tua. Pada zaman Jepang, nama Jakarta mulai resmi digunakan untuk menggantikan nama Batavia. Jakarta dikenal sebagai kota pelabuhan yang bercorak internasional. Banyak segi yang berlain-lainan mewarnai sejarah maupun kehidupannya sekarang. Orang dengan latar belakang kebudayaan, warna kulit, dan keyakinan agama yang berbeda-beda bertemu di bandar ini sudah berabad-abad lamanya. Interaksi seperti itu masih terus berlangsung hingga kini antara penganut berbagai aliran kebatinan dan kepercayaan, antara orang Tionghoa beragama Budha dan Taoisme, orang keturunan Arab dan India beragama Islam, orang Protestan Belanda, orang Portugis Hitam, dan orang beragama katolik.

 

Di samping itu banyak tentara dan budak-budak pada masa itu yang berasal dari Bali mengisi kampung di sekitar Batavia. Tawanan perang dari Filipina, tukang dari Jawa dan nelayan Banda, semua bertemu di Jakarta pada abad-abad yang silam. Semua kelompok dan golongan ini yang berperan dalam membangun Jakarta dan masih mengambil bagian dalam kehidupan kota sampai sekarang. Hampir semua orang yang datang dari timur dan barat, meninggalkan jejak mereka. Hal ini yang menciptakan special flavour of Jakarta.

 

Daftar Gubernur DKI Jakarta

Berikut merupakan daftar nama Gubernur yang pernah menjabat di DKI Jakarta dari yang pertama hingga saat ini.

1.      Soewirjo (1945 – 1947 dan 1950 – 1951)

2.      Daan Jahja (1948 – 1950)

3.      Sjamsuridjal (1951 – 1953)

4.      Sudiro (1953 – 1958)

5.      Soemarno Sosroatmodjo (1960 – 1964)

6.      Hendrik Joel Hermanus Ngantung (1964 – 1965)

7.      Ali Sadikin (1966 – 1977)

8.      Tjokropranolo (1977 – 1982)

9.      R Soeprapto (1982 – 1987)

10.  Wiyogo Atmodarminto (1987 – 1992)

11.  Surjadi Soedirdja (1992 – 1997)

12.  Sutiyoso (1997 – 2007)

13.  Fauzi Bowo (2007 – 2012)

14.  Joko Widodo (2012 – 2014)

15.  Basuki Tjahaja Purnama (2014 – 2017)

16.  Djarot Saiful Hidayat (15 Juni 2017 – 15 Oktober 2017)

17.  Anies Baswedan (2017 – 2022)

18.  Heru Budi Hartono (2022 – sekarang)

 

Tata Ruang Jakarta Terburuk di Dunia?

Banyaknya permasalahan di Ibukota menjadi PR yang wajib dibenahi oleh para pemerintah, salah satunya yaitu tata ruang kota Jakarta. Media arsitektur Rethinking The Future (RTF) menyebut Jakarta menduduki peringkat pertama kota dengan desain perencanaan tata ruang kota terburuk di dunia. Dalam artikel berjudul 10 Examples of Bad Urban City Planning yang ditayangkan di situs web re-thinkingthefuture.com disebutkan, Jakarta menempati urutan pertama kota dengan perencanaan perkotaan yang buruk. Menurut media tersebut, sejumlah hal yang berkontribusi atas capaian negatif tersebut antara lain padat penduduk dengan udara dan air yang tercemar, kemudian ruang hijau dan ruang terbuka yang tidak memadai, kemacetan lalu lintas yang ekstrem, dan perluasan kota yang tidak terencana.

 

Permasalahan yang dihadapi kota DKI Jakarta mengenai tata ruang dapat dilihat dari banyaknya orang yang membangun bangunan tidak resmi di sembarang tempat sehingga membuat tata ruang kota Jakarta semakin tidak karuan. Banyaknya tingkat pengangguran yang tinggi menyebabkan salah satunya masyarakat membangun bangunan di tempat yang seharusnya tidak dibangun bangunan. Tempat yang mestinya menjadi lahan hijau atau tempat penyerapan air, ini menjadi sebaliknya bahkan menjadi bangunan permanen sehingga tempat penyerapan air tidak banyak terlihat lagi, salah satunya menjadi penyebab banjir yang tak kunjung ada solusinya.

 

Sebagai bentuk upaya yang dilakukan, Pemerintah DKI Jakarta memberi bantuan teknis penataan ruang sebagai salah satu program andalan dan sebagai wujud nyata dari penyelenggaraan salah satu tugas pokok dan fungsi Ditjen Penataan Ruang yang telah memperlihatkan bentuknya yang lebih nyata dengan telah mulai diturunkannya beberapa staff andalan Ditjen Penataan Ruang ke daerah-daerah dalam menjawab kebutuhan daerah mengenai perlu adanya program pendampingan dan advisory oleh aparat Pusat ke daerah dalam upaya mereka mereview, merevisi, atau bahkan menyusun baru produk-produk rencana tata ruangnya. Yang dilakukan yaitu melakukan kerjasama pendanaan apabila Pemerintah Daerah memiliki keterbatasan dalam hal pendanaan dan penyusunan oleh pemerintah pusat atau penyiapan dana dan tenaga ahli oleh Pemerintah Pusat dan dalam pelaksanaannya dilaksanakan dengan keterlibatan intensif dari Pemerintah Daerah, serta pelibatan aktif dari berbagai stakeholders terkait lainnya.

 

Namun, upaya yang dilakukan pemerintah tersebut agaknya belum berhasil untuk memperbaiki Tata Ruang Kota Jakarta. Oleh karena itu, baik Pemerintah kota Jakarta dan seluruh masyarakat Ibukota perlu sadar diri akan pentingnya tatanan kota Jakarta yang semakin hari semakin padat dan kumuh, bukan hanya pemerintah yang terjun langsung untuk membenahi tata ruang kota Jakarta, akan tetapi masyarakat yang berperan penting untuk mewujudkan ruang tata kota Jakarta yang indah, nyaman dan sejahtera.

 

Krisis Penggunaan Air Tanah, Jakarta Akan Tenggelam?

Air tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Di Jakarta, penggunaan air tanah telah menjadi solusi umum untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari. Namun, penggunaan air tanah yang tidak terkendali dan berlebihan di Jakarta telah menimbulkan dampak negatif yang signifikan. Penggunaan air tanah di Jakarta semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan populasi dan kebutuhan masyarakat. Banyak rumah tangga, industri, dan sektor komersial yang mengandalkan air tanah sebagai sumber air utama mereka. Penggalian sumur-sumur air tanah yang tidak terkontrol mengakibatkan penurunan permukaan tanah dan penurunan tata air bawah tanah. Hal ini mengakibatkan masalah-masalah serius seperti penurunan tanah, peningkatan risiko banjir, dan intrusi air laut ke dalam akuifer.

 

Dampak negatif utama dari penggunaan air tanah di Jakarta adalah penurunan permukaan tanah atau subsiden. Penurunan ini terjadi karena ekstraksi air tanah yang berlebihan menyebabkan lapisan tanah di bawah permukaan menjadi rapuh dan runtuh. Subsidensi tanah dapat merusak bangunan, infrastruktur, dan jalan raya. Selain itu, penurunan permukaan tanah juga meningkatkan risiko banjir, karena aliran air tidak lagi mengikuti topografi alami. Selain itu, pengambilan air tanah yang berlebihan juga menyebabkan intrusi air laut ke dalam akifer air tanah. Ketika air laut masuk ke dalam akuifer, air tanah menjadi tidak lagi layak konsumsi karena tingkat keasinan yang tinggi. Intrusi air laut juga merusak ekosistem pesisir dan mengurangi produktivitas pertanian dan perikanan di daerah tersebut.

 

Dampak penggunaan air tanah di Jakarta tidak hanya terbatas pada lingkungan, tetapi juga berdampak pada masyarakat dan ekonomi. Penurunan permukaan tanah dan banjir yang lebih sering terjadi dapat mengakibatkan kerugian ekonomi yang signifikan, seperti kerusakan properti dan infrastruktur. Selain itu, intrusi air laut mengancam pasokan air bersih, yang memaksa pemerintah dan masyarakat untuk mencari alternatif lain dengan biaya yang lebih tinggi, seperti mengimpor air dari daerah lain atau membangun instalasi pengolahan air.

 

Penggunaan air tanah yang tidak terkendali di Jakarta memiliki dampak negatif yang serius terhadap lingkungan, sosial, dan ekonomi. Penurunan permukaan tanah, peningkatan risiko banjir, intrusi air laut, dan kerugian ekonomi adalah beberapa konsekuensi buruk dari eksploitasi air tanah yang berlebihan. Oleh karena itu, diperlukan tindakan segera untuk mengurangi penggunaan air tanah, menerapkan manajemen yang berkelanjutan, dan mencari alternatif lain untuk memenuhi kebutuhan air di Jakarta.

 

Kualitas Udara Jakarta Berbahaya?

Kualitas udara adalah salah satu aspek penting dalam menjaga kesehatan dan kenyamanan kehidupan manusia. Namun, di tengah pertumbuhan ekonomi yang pesat, kota-kota besar seperti Jakarta dihadapkan pada tantangan serius terkait pencemaran udara. Pembahasan kali ini akan mengkritisi kualitas udara di Jakarta, dengan fokus pada permasalahan yang dihadapi, dampaknya terhadap kesehatan masyarakat, serta implikasi jangka panjangnya. Jakarta, sebagai ibu kota Indonesia, memiliki populasi yang padat, lalu lintas yang sibuk, dan berbagai industri yang beroperasi di sekitarnya. Faktor-faktor ini secara signifikan berkontribusi terhadap buruknya kualitas udara di kota ini. Pencemaran udara di Jakarta disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor, industri, serta pembakaran sampah yang tidak terkendali.

 

Menurut data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia, kendaraan bermotor adalah sumber utama pencemaran udara di Jakarta. Jumlah kendaraan pribadi dan umum yang tinggi, ditambah kurangnya regulasi yang ketat terkait emisi kendaraan, menghasilkan tingginya tingkat partikel-partikel berbahaya, seperti PM2.5, di udara Jakarta. Jakarta juga dikelilingi oleh berbagai industri dan pembangkit listrik yang membuang emisi beracun ke udara. Proses produksi dan pembakaran bahan bakar fosil menghasilkan nitrogen dioksida (NO₂), sulfur dioksida (SO₂), dan partikel-partikel berbahaya lainnya yang dapat merusak kualitas udara dan menyebabkan berbagai masalah kesehatan.

 

Praktek pembakaran sampah yang tidak terkendali merupakan sumber pencemaran udara yang signifikan di Jakarta. Banyak penduduk di wilayah perkotaan yang masih mengandalkan pembakaran sampah sebagai cara untuk mengatasi masalah pengelolaan sampah. Praktik ini menghasilkan emisi gas beracun, termasuk dioksin, yang merusak lingkungan dan mengancam kesehatan masyarakat. Dampak buruk dari kualitas udara yang buruk di Jakarta sangat signifikan terhadap kesehatan masyarakat. Partikel-partikel berbahaya, seperti PM2.5, dapat dengan mudah masuk ke dalam saluran pernapasan manusia, menyebabkan berbagai masalah pernapasan, termasuk iritasi tenggorokan, batuk, asma, dan peningkatan risiko terjadinya penyakit pernapasan kronis. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pencemaran udara menyebabkan ribuan kematian setiap tahunnya di Indonesia.

 

Tingginya tingkat pencemaran udara di Jakarta berdampak jangka panjang terhadap lingkungan dan keberlanjutan kota. Pencemaran udara dapat menyebabkan kerusakan tanaman, asidifikasi tanah, dan merusak ekosistem alami. Selain itu, citra kota Jakarta sebagai destinasi wisata dan pusat bisnis internasional juga terpengaruh oleh buruknya kualitas udara, mengurangi daya tarik investasi dan pariwisata. Kualitas udara yang buruk di Jakarta adalah masalah serius yang memerlukan tindakan segera dan koordinasi antara pemerintah, industri, dan masyarakat. Diperlukan regulasi yang ketat terkait emisi kendaraan, pengelolaan limbah industri yang lebih baik, serta edukasi dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kualitas udara. Langkah-langkah ini harus diambil agar Jakarta dapat menjadi kota yang lebih sehat, berkelanjutan, dan nyaman untuk ditinggali.

 

Penggunaan Kendaraan Pribadi di Jakarta

Kendaraan pribadi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat modern. Namun, di kota-kota padat penduduk seperti Jakarta, penggunaan kendaraan pribadi telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Pembahasan kali ini akan mengkritik penggunaan kendaraan pribadi di Jakarta, dengan fokus pada permasalahan yang dihadapi, dampaknya terhadap lalu lintas dan lingkungan, serta implikasi jangka panjangnya. Penggunaan kendaraan pribadi yang meningkat secara drastis di Jakarta telah menyebabkan kemacetan lalu lintas yang parah. Lalu lintas yang tersendat tidak hanya membuang-buang waktu dan energi pengendara, tetapi juga menghambat produktivitas ekonomi dan mengganggu kegiatan sehari-hari. Menurut Global Traffic Index, Jakarta telah menjadi salah satu kota dengan kemacetan terburuk di dunia.

 

Kendaraan pribadi menggunakan bahan bakar fosil yang menghasilkan emisi gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO₂) dan nitrogen oksida (NOx). Tingginya jumlah kendaraan pribadi di Jakarta berarti bahwa jumlah emisi yang dihasilkan sangat besar, berkontribusi pada perubahan iklim global dan pemanasan global. Organisasi Penelitian Energi Internasional (International Energy Agency) mencatat bahwa transportasi jalan raya, termasuk kendaraan pribadi, adalah salah satu sektor utama penyumbang emisi CO₂ di dunia. Peningkatan kendaraan pribadi juga berdampak negatif pada kualitas udara di Jakarta. Emisi dari knalpot kendaraan mengandung zat berbahaya seperti nitrogen dioksida (NO₂) dan partikel-partikel halus (PM2.5), yang dapat menyebabkan masalah pernapasan dan kesehatan masyarakat secara keseluruhan.

 

Penggunaan kendaraan pribadi yang berlebihan di Jakarta memiliki implikasi jangka panjang yang serius. Beberapa dampaknya termasuk:

1.      Perburukan kualitas udara yang berkontribusi pada peningkatan masalah pernapasan dan kesehatan masyarakat.

2.      Kerusakan lingkungan dan kehilangan habitat akibat peningkatan emisi gas rumah kaca.

3.      Kemacetan lalu lintas yang berdampak negatif pada produktivitas, keamanan, dan kualitas hidup masyarakat.

 

Penggunaan kendaraan pribadi yang berlebihan di Jakarta telah mencapai titik yang memprihatinkan. Diperlukan langkah-langkah yang komprehensif, seperti meningkatkan transportasi publik, mengimplementasikan kebijakan penurunan emisi kendaraan, dan mendorong penggunaan kendaraan berbagi (carpooling), untuk mengatasi masalah ini. Kesadaran masyarakat tentang pentingnya mobilitas berkelanjutan juga perlu ditingkatkan. Hanya melalui upaya bersama, kita dapat mencapai kota yang lebih berkelanjutan, sehat, dan efisien di masa depan.

 

SUMBER/REFERENSI

Kompas.com. (2015, Agustus 23). Tata Ruang Kota Jakarta. Diakses pada 18 Juni 2023, dari https://www.kompasiana.com/bagaskarar/55d990115b7b61c01db5f762/tata-ruang-kota-jakarta

Natasha, Velin. (2022, Oktober 17). Urutan Gubernur Jakarta dari Masa ke Masa. Rukita.co. Diakses pada 18 Juni 2023, dari https://www.rukita.co/stories/urutan-gubernur-jakarta-dari-masa-ke-masa/

Pramborsfm.com. (2021, Agustus 24). Duh Jakarta Jadi Kota dengan Rencana Tata Ruang Terburuk di Dunia. Diakses pada 18 Juni 2023, dari https://www.pramborsfm.com/lifestyle/duh-jakarta-jadi-kota-dengan-rencana-tata-ruang-terburuk-di-dunia/all

Ayuningtyas, Retno. (2019, Oktober 19). Penggunaan Air Tanah Berlebih Sebabkan Penurunan Permukaan Tanah. Diakses pada 19 Juni 2023, dari https://investor.id/national/197593/penggunaan-air-tanah-berlebih-sebabkan-penurunan-permukaan-tanahcianjurupdate.com. (2023, Maret 1).

Dampak Negatif Penggunaan Transportasi Pribadi Terhadap Lingkungan. Diakses pada 19 Juni 2023, dari https://www.cianjurupdate.com/dampak-negatif-penggunaan-transportasi-pribadi-terhadap-lingkungan/

Anisa, Putri. (2021, Oktober 26). Kendaraan Bermotor Penyumbang Utama Polusi Udara. Diakses pada 19 Juni 2023, dari https://mediaindonesia.com/megapolitan/442518/kendaraan-bermotorpenyumbang-utama-polusi-udara

id.theasianparent.com. Kualitas Udara Sedang Buruk, Ketahui 5 Dampaknya Bagi Kesehatan Berikut Ini. Diakses pada 19 Juni 2023, dari https://id.theasianparent.com/dampak-kualitas-udara-buruk-bagi-kesehatan

Tarigan, Mitra. (2019, Juli 6). Masalah Polusi Udara di Jakarta, Awas 9 Dampak Kesehatannya. Diakses pada 19 Juni 2023, dari https://gaya.tempo.co/read/1221819/masalah-polusi-udara-di-jakarta-awas-9-dampak-kesehatannya

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.